Cinta dalam Secangkir Capucino
Hidup
digambarkan dengan manis oleh Dewi Lestari seperti secangkir kopi. Seperti
diluapkannya dalam buku ‘Filosofi Kopi’, semanis apapun kopi, pasti akan
terselip sedikit rasa pahit di dalamnya.
Itulah
rasa kopi sebagaimana ditulis Dee. Demikian juga hidup, barangkali.
Di
tengah manisnya hidup, ketika Kita bergumul dalam sebuah karir yang sukses dan
berpenghasilan tinggi. Saat Kita dikelilingi oleh teman-teman yang
menyenangkan. Hidup tetap saja bukanlah teman yang baik karena ia sering menyembunyikan
kepahitan-kepahitan.
Rasa
pahit akan terasa menyengat ketika seorang anak manusia terpuruk dan jatuh.
Seperti ketika Kita berpisah dengan pacar atau suami/istri, kehilangan mobil
kesayangan Kita, atau Kita ditangkap KPK karena dituduh mengkorupsi uang proyek
pembangunan daerah tertinggal.
Kejadian
putus cinta akan membangkitkan ruas-ruas kenangan yang pernah
dialami oleh dua sejoli. Ketika berhujan-hujan melintasi jalanan kota Solo yang
dingin berdua misalnya. Atau ketika menyeruput kopi murah seharga tiga ribu
perak di belakang kampus.
Selalu
sediakan ruangan dalam hati untuk mengenang memori seperti ini. Tapi kemudian
jauhkan kembali. Karena hidup tidak dijalani di masa lalu. Hidup dijalani hari
ini dan akan dilakoni pula esok.
Saatnya
Kita bangkit kembali. Mungkin tidak mudah, tapi juga bukan berarti tidak bisa
dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar