Kamis, 19 Mei 2016 | By: Unknown

KONSTRUKSI KAIN

KONSTRUKSI KAIN



Dalam menentukan standar konstruksi kain terdapat unsur-unsur yang meliputi anyaman, nomor benang, tetal benang lusi dan pakan per satuan panjang dan lebar kain.


1. Anyaman


a. Metode Penggambaran Anyaman
Kain tenun adalah kain yang dibentuk oleh persilangan antara benang lusi dan benang pakan. Ada dua kemungkinan titik persilangan antara benang pakan dan lusi, yaitu benang lusi berada diatas benang pakan atau benang pakan berada di atas benang lusi.
Metode untuk menggambarkan anyaman dengan menggunakan diagram anyaman yang berbentuk kotak-kotak seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Satu kotak menunjukan titik persilagan antara benang pakan dengan benang lusi. Tanda silang (x) atau menghitamkan kotak menunjukan bahwa pada titik persilangan tersebut benang lusi berada diatas benang pakan, sebaliknya apabila kotak tersebut kosong berarti benang pakan
yang berada diatas benang lusi.






Diagram anyaman



Pada diagram anyaman dikenal istilah repeat anyaman yang berarti adalah jumlah pengulangan minimal benang lusi dan pakan. Jumlah repeat anyaman untuk setiap jenis anyaman berbeda-beda misalnya pada anyaman polos repeat anyaman berjumlah 2 helai lusi dan 2 helai pakan.

b. Anyaman Polos dan Turunannya


Anyaman polos merupakan anyaman yang paling sederhana yang memiliki repeat anyaman 2 kotak untuk 2 helai untuk benang lusi dan pakan. Diagram anyaman polos beserta skema bagaimana benang lusi menyilang pada benang pakan atau bagaimana benang pakan menyilang pada benang lusi dapat dilihat pada gambar berikut ini.


Diagram anyaman polos


Anyaman polos memiliki turunan, yaitu berupa perpanjangan kearah lusi yaitu Rib Lusi. Pada gambar berikut (A, B, C, D) berturut-turut adalah rib lusi 2/2, rib lusi 3/3, rib lusi 4/4 dan rib lusi 4/2.
Diagram anyaman rib lusi
Selain itu ada juga perpanjangan kearah pakan yaitu yang disebut rib pakan. Pada gambar (A,B,C,D) di bawah ini berturut-turut adalah rib pakan dengan repeat yang berbeda-beda. Anyaman turunan polos lainnya merupakan perpanjangan efek lusi dan pakan.


Diagram anyaman rib pakan





Gambar berikut menunjukan anyaman panama 2/2 dan panama 3/3.


Diagram anyaman panama 2/2 (A) dan panama 3/3 (B)


Selain itu dikenal juga anyaman turunan polos lainnya, yaitu turunan anyaman polos tidak langsung. Anyaman berlubang (perforated fabric) dan anyaman huckback merupakan contoh anyaman polos tidak langsung seperti terlihat pada gambar (A) dan (B) berikut :

Diagram anyaman polos tidak langsung




c. Anyaman Keper dan Turunannya


Anyaman keper dapat ditemukan aplikasinya pada berbagai jenis kain. Ciri utama kain tenun dengan anyaman keper yaitu adanya garis diagonal atau garis miring sepanjang kain. Sudut kemiringan atau garis miring anyaman keper ditentukan oleh anga loncat. Repeat minimal anyaman keper terdiri dari 3 helai benang lusi dan pakan. Jenis anyaman keper diantaranya keper lusi 2/1, 3/1, 4/1, 5/1, dsb. Sedangkan jenis anyaman keper pakan diantaranya adalah 1/2, 1/3, 1/4, 1/5, dsb. Pada beberapa penulisan anyaman keper dituliskan angka loncat dengan lambang miring dan angka. Kemiringan anyaman keper bisa
kearah kanan atau kiri yang ditandai dengan lambing/untuk keper kanan dan lambing/untuk keper kiri, contohnya anyaman keper lusi 4 / 1 dimaknai sebagai anyaman keper kanan 4/1.


A                                         B
Diagram anyaman keper lusi 4/1(A) dan keper pakan 1/4(B)


Anyaman keper memiliki turunan, misalnya keper rangkap 2/2 (croise atau cashmere) seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Contoh anyaman keper turunannya lainnya seperti herring bone.
A

B


Diagram anyaman keper rangkap 2/2 (A) dan herring bone (B)


d. Anyaman Satin dan Turunannya


Kain dengan anyaman satin memiliki sifat kain yang lebih licin dan lebih berkilau dibanding anyaman lainnya. Titik loncat pada anyaman satin menjadi ciri anyaman satin, misalnya satin 5 angka loncat 2 (5 V2) seperti terlihat pada gambar berikut ini yang berarti setiap melewati dua helai benang pakan, terjadi titik persilanganan kembali benang pakan diatas benang lusi.
Anyaman satin 5 V2





Penentuan angka loncat yang menjadi dasar anyaman satin memiliki ketentuan-ketentuan sebagai berikut ini.
1) Angka loncat tidak sama dengan repeat anyaman
2) Angka loncat tidak boleh merupakan jumlah repeat dikurangi satu

3) Angka loncat tidak boleh menjadi factor pembagi dari repeat anyaman
4) Angka loncat bukan merupakan perkalian dari factor pembagi
5) Angka loncat 1 tidak boleh menjadi angka locat. Aplikasi dari ketentuan ini misalnya untuk anyaman satin dengan repeat 5, dapat memiliki angka loncat 2 dan 3.



e. Rencana Tenun



Rencana tenun adalah suatu diagram yang memberikan petunjuk tentang hubungan antara anyaman, cucukan (draft/drawing plan), rencana tenun dengan menggunakan rol kerek atau dengan peralatan dobby. Dibawah ini adalah contoh rencana paku dengan anyaman keper kanan 2/2




Rencana tenun keper kanan 2/2



Tipe cucukan pada rencana tenun berbagai macam, yaitu cucukan lurus (straight draft), kombinasi, dsb. Pada gambar berikut merupakan beberapa jenis rencana cucukan pada rencana tenun.



Cucukan lurus (Straight draft)


Referensi:




Karnadi dan Muzahar Yunizir, 1979, Design Tekstil 1, Jakarta, Dikmenjur Dekdikbud


Noerati, dkk, 2013, Teknologi Tekstil, Bandung, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil



Roetjito dan Djaloes Gaizia M, 1979, Proses Konstruksi kain Tekstil 1, Jakarta, Direktorat Dikmenjur Depdikbud



Suparli L dkk, 1977, Teori Konstruksi kain 1, Jakarta, Dikmenjur Depdikbud




























1 komentar:

Posting Komentar